Sulit tidur di tengah tekanan stress adalah hal yang lumrah terjadi. Terlebih kalau sumber stress Anda adalah sesuatu yang terjadi secara global: pandemi Covid-19. Kalau Anda merasa kualitas tidur Anda menurun selama pandemi, Anda tidak sendiri. Ada jutaan orang lain di dunia ini yang juga merasakannya.
Menurunnya kualitas tidur selama pandemi sebenarnya lebih kompleks jika dibandingkan dengan sulit tidur karean stress biasa. Karena yang jadi sumber stress bukan hanya soal virusnya, tapi juga segala hal yang berubah di sekitar kita karena virus yang jadi sumber masalah.
Mulai dari kesulitan ekonomi karena banyak yang harus diberhentikan dari pekerjaan, sampai harus berjuang sekolah, kuliah atau bekerja dari rumah. Semua masalah-masalah yang diakibatkan oleh pandemi ini membuat level stress kebanyakan orang meningkat. Efeknya, ini juga menurunkan kualitas tidur.
Dua Pertiga Penduduk Asia Pasifik (APAC) Mengalami Penurunan Kualitas Tidur
Penurunan kualitas tidur ini tentu bukan hanya kabar burung semata. Sebuah studi global yang berjudul Seeking Solutions: How Covid-19 Changed Sleep Around the World yang dikeluarkan oleh Phillips 2021 menunjukkan hasil yang –sebenarnya, tidak terlalu mengejutkan.
Sebanyak 62% atau dua pertiga dari masyarakat yang tinggal di Asia Pasifik mengaku bahwa mereka memperoleh waktu tidur yang lebih panjang dengan durasi rata-rata 7,2 jam. Meski terjadi kenaikan durasi waktu tidur dibanding tahun sebelumnya yang hanya 7,1 jam, tapi mereka mengaku tidak memiliki tidur yang berkualitas.
Pim Preesman selaku Presdir Phillips Indonesia menyebut bahwa ada banyak hal yang berubah dalam kehidupan kita setelah pandemi muncul. Salah satunya adalah berubahnya kebiasaan tidur. Mayoritas orang mengaku tidak puas dengan tidur malam mereka karena berbagai tekanan. Mulai dari stress soal finansial, tekanan keluarga, bekerja dari rumah yang menimbulkan banyak tantangan sampai aktivitas sekolah online yang membuat banyak orang tua merasa stress.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak setengah dari responden mengaku bahwa pandemi mengubah pola tidur mereka. Sebanyak 22% responden menyebut bahwa waktu tidur mereka berkurang. Sementara 44 % responden lain yang tidurnya cukup mengaku tetap mengantuk di siang hari karena kualitas tidur yang buruk. Hanya 35% dari responden yang mengaku mendapatkan waktu istirahat yang cukup saat bangun pagi.
Bagaimana Dengan Pola Tidur Masyarakat di Indonesia
Walaupun penduduk Indonesia tidak masuk ke dalam studi, namun secara umum kondisi kualitas tidur di negara kita juga tidak jauh berbeda. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Andreas Prasadja RPSGT dari Snoring and Sleep Disorder Clinic di RS Mitra Kemayoran Jakarta. Dr Andreas menyebut bahwa sebelum pandemi, pasien yang datang padanya kebanyakan karena mengalami masalah sleep apnea. Hanya 50% yang mengaku mengalami insomnia.
Berbeda dengan jumlah kunjungan saat ini yang didominasi oleh penderita insomnia yang mencapai 70% dari total kunjungan. Hal ini terbilang mengkhawatirkan mengingat kualitas tidur yang baik berpengaruh pada imunitas tubuh. Artinya, jika Anda kurang tidur, ada kemungkinan besar Anda akan lebih mudah terserang penyakit.
Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah tidur ini agar istirahat Anda tetap berkualitas meski pandemi belum berakhir? Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan mulai dari membuat jadwal tidur yang tetap, mematikan semua perangkat elektronik sebelum tidur, menyediakan waktu relaks sebelum tidur hingga memilih kasur dan bantal yang nyaman.