Ketika seseorang susah tidur di malam hari atau kekurangan waktu tidur, banyak yang memvonis dirinya menderita insomnia. Padahal tidak semua masalah yang berhubungan dengan kurang tidur atau susah tidur itu adalah insomnia. Meski keduanya berhubungan, namun ada beberapa perbedaan yang mendasar dari keduanya.
Dalam bahasa medis, susah tidur dikenal dengan istilah sleep deprivation. Kondisi ini merujuk pada kondisi ketika seseorang kekurangan waktu tidur karena berbagai alasan. Baik karena Anda begadang karena menyelesaikan tugas, ataupun terpaksa kurang tidur karena minum terlalu banyak minuman yang mengandung kafein. Singkatnya, susah tidur adalah situasi saat seseorang kesulitan mendapatkan jatah waktu tidur yang seharusnya, baik secara sukarela maupun tidak.
Waktu tidur yang kita butuhkan bervariasi. Tergantung dari berapa usia kita. Semakin dewasa manusia, semakin sedikit waktu tidur yang dibutuhkan. Seseorang bisa dikatakan mengalami sleep deprivation ketika dalam jangka panjang kebutuhan tidur yang seharusnya tidak bisa dipenuhi. Semakin lama Anda tenggelam dalam kebiasaan kurang tidur, semakin sulit hal tersebut untuk diatasi.
Orang yang mengalami sleep deprivation memiliki kemampuan untuk mengubah kebiasaan tersebut dengan mulai mengelola waktu tidurnya. Namun hal yang sama tidak bisa dilakukan oleh mereka yang mengalami insomnia.
Apa yang Membedakan Susah Tidur dengan Insomnia?
Jika dilihat dari asal katanya, insomnia berasal dari bahasa latin yang artinya “no sleep” atau “tidak tidur”. Istilah ini menggambarkan kondisi seseorang yang sulit tertidur atau sulit mempertahankan tidurnya. Kondisi ini digunakan untuk menggambarkan orang yang terbangun dalam keadaan lelah dan tidak segar meskipun sudah mendapatkan jatah waktu tidur yang cukup.
Penyebab utama insomnia adalah stres kronis. Ketika kita mengalami stres, tubuh akan memberikan respon. Mulai dari jantung yang berdebar-debar, pernapasan yang jadi lebih cepat dan otot-otot yang menegang. Tanggapan ini dikenal dengan istilah fight or flight response. Situasi ini biasanya muncul ketika kita mengalami hal-hal yang bisa memicu stres. Misalnya saja deadline pekerjaan yang sudah di depan mata, ketika harus berbicara di depan umum atau ketika menerima teguran yang kasar dari atasan.
Mereka yang memiliki ritme hidup yang serba cepat, kerap mengalami kondisi di mana fight or flight response tidak bisa dihentikan. Akibatnya, stres akan berlangsung secara konstan dan ini berpengaruh pada kesehatan tubuh dan memunculkan berbagai reaksi, salah satunya adalah insomnia.
Insomnia bisa bertahan dalam jangka pendek selama beberapa hari atau beberapa minggu. Tapi bisa juga menjadi kronis (bertahan dalam jangka panjang, bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Kondisi ini biasanya berkaitan dengan gangguan kesehatan lain yang termasuk ke dalam gangguan tidur.
Tidak seperti penderita sleep deprivation, orang yang mengalami insomnia tidak bisa mengontrol kondisinya. Artinya, mereka tidak bisa memperbaiki kebiasaan tidurnya begitu saja. Diperlukan beberapa jenis pengibatan termasuk terapi perilaku kognitif untuk insomnia, konsumsi obat tidur atau kombinasi keduanya. Dokter mungkin juga akan menyarankan berbagai pengobatan alternatif untuk mengatasi insomnia yang diderita pasien.
Insomnia dan kurang tidur memang berhubungan. Tapi tidak semua kasus kurang tidur itu terjadi karena insomnia. Selain sulit tidur, orang yang mengalami insomnia biasanya juga sering terbangun tengah malam atau bangun di pagi hari dalam keadaan lelah.
Selain memeriksakan diri ke dokter, penderita insomnia maupun susah tidur bisa terbantu dengan pemilihan alat tidur yang tepat. Salah satunya dengan membeli kasur busa dari Inoac.