Ada banyak sekali gangguan tidur yang sering kita alami. Mulai dari insomnia sampai sleep apnea. Ada satu lagi masalah yang mungkin pernah Anda alami saat tidur yakni sleep paralysis atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan tindihan (ketindihan).
Sleep paralysis biasanya terjadi dalam tidur ketika mendadak otot-otot tubuh seolah tidak bisa digerakkan. Dalam dunia medis, sleep paralysis digambarkan sebagai sebuah kondisi yang diidentifikasi dengan hilangnya kontrol otot secara singkat yang disebut atonia. Selain mengalami atonia, orang yang ketindihan seringkali mengalami halusinasi. Itu sebabnya banyak orang yang kemudian menghubungkan kondisi ini dengan hal-hal yang gaib.
Sleep paralysis bisa terjadi dalam durasi beberapa detik sampai beberapa menit. Selain merasakan sensasi tidak bisa bergerak, orang yang mengalaminya juga kerap merasa seperti tercekik. Gangguan tidur ini biasanya dibarengi dengan masalah tidur lainnya yakni narkolepsi.
Penyebab Sleep Paralysis
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sleep paralysis. Berbagai studi dilakukan untuk melihat risiko apa saja yang bisa membuat seseorang berpeluang lebih besar mengalami kelumpuhan tidur dan ternyata hasilnya beragam. Berdasarkan penelitian tersebut, para peneliti percaya bahwa ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya kelumpuhan selama tidur.
Gangguan tidur dan masalah tidur lainnya diketahui memiliki korelasi terkuat dengan masalah kelumpuhan tidur. Tingkat kelumpuhan yang lebih tinggi yakni sebanyak 38% ditemukan pada orang-orang yang memiliki masalah apnea tidur obstruktif dan gangguan penyimpangan pernapasan berulang. Sleep paralysis juga kerap ditemukan pada mereka yang sering mengalami kram kaki di malam hari.
Siapa Saja yang Berisiko Lebih Besar Mengalami Sleep Paralysis?
Sebanyak 4 dari 10 orang mungkin pernah mengalami lseep paralysis dalam hidupnya. Kondisi umumnya terjadi pertama kali di usia remaja. Baik pria maupun wanita dari segala usia bisa mengalaminya. Sleep paralysis juga bisa terjadi dalam keluarga. Ada beberapa faktor yang mungkin terkait dengan sleep paralysis antara lain:
- Kurang tidur
- Jadwal tidur yang berubah-ubah
- Kondisi mental seperti stress atau gangguan bipolar
- Tidur dalam posisi telentang
- Masalah tidur lain seperti narkolepsi atau kram di malam hari
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat perawatan ADHD
- Penyalahgunaan zat terlarang.
Lantas, apakah sleep paralysis itu berbahaya? Berdasarkan riset dari para peneliti, dalam kebanyakan kasus sleep paralysis hanya menandakan bahwa tubuh Anda tidak bergerak dengan lembut selama proses tidur dari fase satu ke fase lainnya. Sangat minim kaitan antara sleep paralysis dengan masalah kejiwaan yang mungkin dialami oleh orang tersebut.
Bagaimana Cara Penanganan Sleep Paralysis?
Kebanyakan orang yang kerap mengalami sleep paralysis tidak membutuhkan penanganan khusus. Mengobati masalah yang menjadi penyebab awal seperti narkolepsi mungkin akan membantu Anda menghilangkan rasa cemas yang membuat susah tidur. Beberapa terapi yang mungkin bisa dilakukan antara lain adalah:
- Memperbaiki pola tidur misalnya saja dengan tidur tepat waktu dengan durasi antara 6 sampai 8 jam setiap malam
- Jika diresepkan oleh dokter, konsumsi antidepresan untuk membantu meregulasi siklus tidur
- Mengatasi semua masalah mental yang mungkin berkontribusi pada munculnya sleep paralysus
- Mengobati masalah tidur lain yang dialami seperti narkolepsi atau kram kaki di malam hari.
Tidak ada yang perlu dicemaskan dari ketindihan karena ini bukanlah sesuatu yang bersifat gaib namun hanya gangguan tidur saja. Anda bisa mengatasinya dengan mulai mengelola stress dan menjaga pola tidur dengan baik.